Sambung Ruh Ulama Nusantara Tubagus Makdum Kuala Teluk Betung Selatan Lampung

 



HARIANMERDEKA.ID| Lampung- Sebagaimana diurai dalam buku Napak Tilas Jejak Islam Lampung yang ditulis oleh Muhammad Candra Syahputra, maka dapat terbaca jika alur atau proses masuknya Islamisasi di Lampung adalah dengan menerapkan tiga jalur utama yaitu jalur bagian barat melalui rute Minangkabau, jalur bagian utara melaui rute Palembang dan pada jalur bagian selatan melalui rute Banten dan dari jalur Banten inilah nampaknya syiar Agama menjadi sangat masif.

Penyiaran Agam Islam di Lampung dengan menerapkan metode pendekatan budaya (culture), pendekatan perdagangan dan pendekatan perkawinan.


Sementara menurut rilis pada Lampung Post, 11 Agustus 2010 menyebutkan Agama Islam masuk ke wilayah Lampung adalah sekitar abad ke-15 melalui tiga pintu utama, salah satunya yaitu dari arah selatan atau Banten oleh Fatahillah atau Sunan Gunung Jati, melalui Labuhan maringgai di Keratuan Pugung pada 1525.


Dalam prosesnya maka dakwah Islamiyah di wilayah Lampung cukup berhasil yang ditandai dengan menyebarnya secara luas dan merata Agama Islam dihampir seluruh wilayah Lampung. Keberhasilan ini karena peran besar dari para Ulama - Kyai - Santri yang secara gigih menyebarkan agama Islam kepada penduduk Lampung, menurut penulusuran dalam buku tersebut maka tercatat ada banyak tokoh ulama penyebar agama Islam dilampung beberapa diantaranya tercatat adalah :

1) Sunan Gunung Jati

2) Sayyid Maulana Malik Abdullah

3) Syaikh Aminullah Ibrahim

4) Ratu Menangsi

5) Ratu Darah Putih

6) Raden Intan II

7) Al Habib Ali bin Alwi bin Abdurrahman Alaydrus

8) Tubagus Mahdum

9) Tubagus Yahya

10) Wali Samin bin Muhammad

11) Tubagus Buang Gunung Kunyit

12) Tubagus Ali Faqih

13) Tubagus Sangkrah 14) Syaikh Muhammad Nambihi

15) KH Gholib

16) KH Ahmad Hanafiah

17) Pamutokh Agung


Sosok ulama Tubagus Makdum dalam berbagai catatan tentang penyebaran agama Islam di Lampung selalu disebutkan sebagai salah satu ulama yang berperan dalam penyebaran Agama Islam di Lampung khususnya diwilayah teluk Betung dan sekitarnya. Mengutip rilis pada akun FB Majlis Taklim Da'arus Salafi maka dapat diketahui jika Tubagus Makdum adalah bagian tidak terpisahkan dengan sosok Tubagus Yahya di Lempasing, Kahuripan, karena keduanya diduga adalah keturunan Sunan Gunung Jati dari jalur nasab Sultan Maulana Hasanudin Raja pertama Kasultanan Banten.


Tubagus Makdum diriwayatkan adalah seorang ulama musafir sekaligus da'i yang  menyebarkan Agama Islam ke Lampung. Menurut M. Nadir selaku juru kunci makam menyampaikan jika Tubagus Makdum, adalah ulama yang berasal dari tanah Jawa yang dikisahkan pertama kali menginjakkan kaki di Lampung adalah 

pada awal 1700 selanjutnya untuk kepentingan dakwah maka selalu berpindah - pindah ke berbagai daerah di Lampung.


Dikisahkan dalam syiar Agama Islam maka Tubagus Makdum dilakukan dengan kebijaksanaan yang sangat menghormati adat istiadat masyarakat setempat yang kemudian dikreasikan agar sesuai dengan ajaran Islam. Tubagus Makdum dalam melakukan syiar agama selalu menekankan pada Alquran, salah satunya yaitu surat Yasin, sehingga banyak diantara pengikutnya yang Istiqomah mengamalkan bacaan QS. Yasin termasuk ketika berziaroh kemakamnya maka amalan yang sering dilakukan para peziarah adalah dengan melantunkan QS. Yasin.


Menurut cerita yang disampaikan oleh juru kunci makam maka Tubagus Makdum  meninggal dunia diperkirakan pada akhir tahun 1700. Beliau syahid karena dibunuh oleh penjahat di bilangan pesisir pada saat sedang melakukan perjalanan  dakwah Islamiyah dan setelah wafat, jasad beliau dimakamkan ditempat yang tidak jauh dari lokasi saat beliau terbunuh, yakni di daerah Kuala, Telukbetung Selatan. Sebuah tempat yang letaknya tidak jauh dari pinggiran laut di bilangan Jalan Yos Sudarso, Panjang. Lampung


Makam keramat berada didalam bangunan berukuran sekitar 5 x 6 m persegi. Nisan makam Tubagus Makdum terbuat dari keramik berwarna krem berurat yang atasnya dilengkapi dengan cungkup empat persegi panjang yang setiap sisi dipasang hijab kelambu kain berwarna hijau dengan motif rumbai bordir warna kuning emas. Bagi para peziarah ketika melakukan doa maka berada di sisi kiri nisan makam.


Disebelah nisan terdapat dua pusara makam menurut juru kunci makam maka yang satu nisan adalah makam dari 

salah satu juru kunci makam yang telah meninggal dunia bernama Mbah Hasanudin, sedangkan satu nisan bukan makam orang melainkan kuburan untuk mengubur  benda benda pusaka peninggalan Tubagus Makdum yang ikut dikubur setelah Tubagus Makdum meninggal dunia.

--------------------------------------------------------------------------

Sore itu kami ditengah jeda aktifitas Muktamar Ke 34 NU di Lampung maka kami sempatkan mengikuti "ndereake" para Muaziz PCNU Kota Salatiga selaku muktakmirin yang terdiri dari Romo KH. Nukman Al Hafidz selaku Syuriah, Romo KH. Drs. Zaenuri Muh. Dalail, MP.d Ketua Tandfidziyah dan Romo KH. Drs. Muslih, MM Sekretaris melakukan ziarah kubur ke makam Tubagus Makdum. 


Sebelum memasuki area makam kami rombongan beristirahat sejenak di aula kecil yang tersedia kran wudlu dan mushola yang disana kami disambut oleh juru kunci makam setalah menyampaikan maksud kami untuk berziarah dan kami sempat melakukan wawancara singkat atas Sirah perjalanan hidup Tubagus Makdum, selanjutnya Romo Romo KH. Drs. Zaenuri Muh. Dalali, MP.d  menyampaikan kepada kami dengan guyuran ilmu tentang adab ziarah kubur sebelum kami masuk kedalam bangunan yang terdapat Nisan makam Tubagus Makdum. Beliau menyampaikan menziarahi makam para wali merupakan salah satu hal yang sangat dianjurkan syariat dan sudah menjadi budaya yang baik, selama dengan niatan yang lurus dan benar yaitu agar mendapatkan keberkahan dari para wali Allah.


Selama berziarah, adab atau etika adalah hal pokok yang tak boleh diabaikan, terlebih ketika yang sedang dikunjungi adalah makam para kekasih Allah, etika tersebut berlaku sebagaimana layaknya kita hormat kepada mereka tatkala masih hidup, diantara etika tersebut adalah mengucapkan salam, serta membaca berbagai macam dzikir dan doa-doa ketika berada di area makam para wali.


Selesai Romo Yai Zaenuri memberikan tasriyah tentang adab ziarah kubur maka selanjutnya kami semua dibukan pintu oleh juru kunci makam agar dapat masuk, sebelum masuk tepat didepan pintu Romo Yai Nukman Al Hafidz memimpin kami mengucapkan salam, setelah masuk sebelum kami duduk maka Romo KH. Nukman Al Hafidz sempat menambahkan tasriyah yaitu salah satu amalan yang baik ketika berziarah kemakam Waliullah dianjurkan untuk memulai dengan bacaan qasidah “salam kepada para wali”. Bacaan ini oleh masyarakat sering disebut dengan qasidah “Salamullahi Ya Sadah”, yang merupakan nama dari penggalan bait pertama qasidah ini. Syair ini diciptakan Habib Abdullah bin ‘Alawi al-Haddad.  Syair ini berisi tentang salam penghormatan.


Lantas KH. Nukman Al Hafidz menuntun kami dengan bacaan syair Qosidah tersebut secara jahr sebagai berikut :

  بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ سَـــلاَمُ اللهِ يـَا سَـــادَةْ ۩

 مِنَ الرَّحْمٰنِ يَغْـْشَاكُمْ عِبَـــــادَ اللهِ جِـئْنَــاكُمْ ۩

 قَـصَدْنَاكُمْ طَلَبْنَـاكُمْ تُـعِــيـْنُوْنَــــا تُـغِــــيْثُوْنَــــا۩ 

بـهِمَّتِكُمْ وَجَــدْوَاكُـمْ فَأَحْبُـوْنَـــــا وَأَعْـطُوْنَــــا ۩

 عَـطَاَياكُمْ هَـــدَايَـاكُمْ فَــــلاَ خَيَّـبْتُـمُوْا ظَـــنِّيْ ۩

 فَحَــاشَاكُمْ وَحَاشَاكُمْ سَــعِدْنَـــا إِذْ أَتَيْنــَاكُمْ ۩ 

وَفُزْنَــا حِيْنَ زُرْنَــــاكُمْ فَـقـُوْمُوْا وَاشْفَعُوْا فِيْنَا ۩ 

إِلَى الرَّحْمٰنِ مَـوْلاَكُمْ عَسَى نُحْظَى عَسَى نُعْطَى ۩

 مَـزَايـَا مِنْ مَزَايـَاكُمْ عَسَى نَظْرَةْ عَسَى رَحْمَـــةْ ۩

 تَـغْشَـانَا وَتَـغْشَاكُمْ سَــــلاَمُ اللهِ حَـيــَّــاكُـــم ۩

 وَعـَيْنُ اللهِ تَـرْعَــاكُمْ وَصَـــــلَّى اللهُ مـَوْلاَنَـــا ۩

 وَسَـــــلَّمَ مَا أَتَـيْنَـــاكُـــــمْ عَلَى الْمُخْـتَارِ شَـــافِعِنَــا ۩

 وَمُـنْقـِذِنَـا وَإِيَّـــــاكُمْ   

Selesai membacakan Syair Qosidah tersebut dengan lirik berbahasa Arab maka selanjutnya Romo KH. Nukman Al Hafidz melanjutkan dengan menerjemahkan syair tersebut dalam bahasa Indonesia sebagai berikut :


Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. 

Wahai Tuanku, semoga salam Allah tetap tercurah padamu. 

Wahai hamba-hamba Allah, kami datang kepadamu. 

Kami bermaksud bersentuhan dengan rohanimu dan kami berharap berkahmu Untuk menolong kami, menyejukkan kami dengan siraman yang berasal darimu, sesuai dengan tekad dan pencapaianmu selama ini

Maka cintailahlah dan berikanlah kepada kami hal-hal yang Allah berikan dan hadiahkan padamu

Jangan biarkan pengharapan ini sia-sia, jauhlah engkau semua dari sifat tega menyia-nyiakan kami Kami sangat beruntung datang di haribaanmu dan kami amat berbahagia dengan menziarahimu, maka bangkitlah dan syafaatilah kami

Kami bermohon pada Allah yang bersifat Ar-Rahman, Tuanmu Mudah-mudahan kami diberi Allah keberuntungan dan diberi limpahan karunia yang selama ini dianugerahkan kepadamu. Mudah-mudahan kita dipandang dan dilimpahi Rahmat yang akan menyelimuti kami dan engkau

Semoga engkau semakin dihidupkan dengan keselamatan dari Allah dan semoga pandangan Allah senantiasa menuntun engkau. Mudah-mudahan Rahmat Allah dan keselamatan semakin terlimpah kepada tuan kita, manusia pilihan yang mensyafa’ati dan menyelamatkan kita.


Kami hanya terdiam penuh takzim begitu kami mendengar lantunan Qosidah syair tersebut, qolbu kami semakin tertekuk setelah kami mengerti maksud dan arti dari pada penggalan syair yang penuh kedalaman makna tersebut.


Sore itu qolbu kami serasa semakin jauh dan makin masuk kedalam samudra luas ruhani diantara gema gema lantunan doa tahlil yang mendayu dayu dilantunkan oleh Romo KH. Nukman Al Hafidz. Tak terasa lelehan air mata kami larut dalam rentetan harapan Ridlo dari Allah SWT.


Sementara perahu sampan masih  

dikayuh yang jauh menuju dermaga.

--------------------------------------------------------------------------


Semoga Allah SWT Meridloi

--------------------------------------------------------------------------


* Penulis memohon maaf apabila didalam penulisan ini terdapat banyak kesalahan dan menimbulkan polemik, hal tersebut semata mata karena kebodohan, 

Penulis tidak miliki motif apapun selain hanya ikhtiar memunguti serpihan serpihan yang berserak dengan mencurahkan segala kebodohannya.


* Tulisan ini adalah reportase bebas dari rangkaian rihlah utusan PCNU Kota Salatiga dalam pelaksanaan Muktamar PBNU ke 34 di Bandar Lampung. 

----------------------------------------

* Tulisan ini disusun berdasarkan pada wawancara mendalam pada juru kunci  serta ditambah dengan sumber bacaan.

- Muhammad Candra Syahputra, Napak Tilas Jejak Islam, Global Press, Yogyakarta, 2017

- Post Facebook, Majlis Ta'lim Da'arus Salafie, Tubagus Machdum (Lampung)

-http://ulunlampung.blogspot.com/2010/08/jejak-islam-masuk-lampung-12-tubagus.html?m=1

----------------------------------------

Oleh : @ Sofyan Mohammad **

** @ Penulis adalah penderek atau pengikut para Muaziz PCNU Salatiga dalam Muktamar NU ke 34 di Lampung, sehari hari tinggal di desa.


Lampung, 22/ 12/2021

0 Komentar

close